Sabtu, 30 Juni 2012

Ronoa

Musuhnya adalah jelly, lalu kenapa kau tak memakannya saja dan mencernannya !

Jumat, 07 Oktober 2011

FosiL buaya tertua

Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.
                            
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.

Dunia kembali di gegerkan oleh penemuan fosil buaya tertua di thailand, Bentuknya relatif pipih, dengan bentuk moncong yang memanjang. diperkirakan fosil ini hidup 100 juta tahun lalu,Fosil ini berukuran sekitar 20 cm lebih, dan ditemukan di bagian timur laut. Ini merupakan penemuan yang langka disana..
Profesor Komsorn Lauprasert, Peneliti Fosil Buaya mengatakan “Biasanya kami hanya temukan gigi buaya. Jarang ada tengkorak lengkap seperti ini. Di Thailand, kebanyakan tulangnya sudah patah, atau hanya tulang rahang.”
Komsorn Lauprasert juga  mengatakan, spesies ini memiliki kaki yang lebih panjang dari buaya modern. Dari karakteristik giginya, ini adalah pemakan ikan.
“Mereka hidup di daratan dan bisa berlari sangat cepat,” kata Komsorn, seperti dimuat Fox News, 25 November 2010.

Buaya jenis ini dinamakan “Khoratosuchus jintasakuli” — gabungan dari lokasi penemuannya, Korat dan direktur institut riset, Pratueng Jintasakul.
Komsorn menemukan fosil ini di sebuah museum pada tahun 2006. Fosil sepanjang 6 inchi ini ditemukan di situs penggalian di Provinsi Nakhon Rathchasima atau Korat, Thailand.

Profesor Pratueng Jintasakul, Direktur Museum mengatakan
“Di area tempat kami temukan tengkorak buaya, juga ditemukan berbagai tulang, namun kami tidak tahu akan ditemukan fosil buaya. Hanya tahu ada banyak tulang. Kami berkata pada warga desa, jika mereka menemukan batu yang ada tulang di dalamnya, harap diberikan ke museum.”
Tengkorak ini sekarang dipamerkan di Lembaga Penelitian Batu dan Mineral,dan telah dipublikasikan dalam The Geological Society, London.
                                  
Wilayah tenggara Thailand sejak lama telah dinyatakan sebagai situs penting bagi para paleontologis. Sejumlah temuan penting ditemukan di lokasi yang dijuluki ‘sabuk dinosaurus’ itu, di mana sedimen batuan era Mesozoikum terdorong ke permukaan.
Peneliti gabungan dari Thailand dan  Perancis mulai melakukan penelitian bersama di kawasan itu pada 1980 — setelah ilmuwan pencari uranium menemukan tulang paha dinosaurus pada akhir tahun 1970.